Cerpen Komedi Lucu Alami - Cerpen atau cerita pendek pastinya sudah tidak asing lagi ditelinga kita, nenek-nenek yang baru lahir pun tahu apa itu cerpen. Tapi tidak ada salahnya juga jika kita lebih memperdalam ilmu kita mengenai Cerpen.
Cerpen lebih pendek dari novel, lebih tepatnya tidak lebih dari 10.000 kata
Cerpen hanya membahas satu konflik sampai selesai dan tidak memperlihatkan titik balik yang dialami tokoh
Cerpen biasanya hanya terdidi dari beberapa tokoh saja
Dan masih banyak hal yang menjadi ciri cerpen lainnya.
Oke, sesuati dengan judul artikel ini, gue akan membagikan sebuah cerpen bergenre komedi.
The Good Day
Sinar matahari pagi sama sekali tak nampak, padahal ini
sudah pukul setengah tujuh pagi. Riki masih saja terdampar di atas kasurnya,
meskipun harusnya ia bersekolah hari ini. Nyanyian ayam jantan memasuki
telinganya, perlahan matanya terbuka, lalu menutup lagi.
“RIKI BANGUN!!! UDAH JAM 7!!!” teriak ibunya walau pun
masih jam 06:30. Akan tetapi, hal itu berhasil membangunkan Riki, ia bergegas
menuju toilet, dan mandi kilat. Setelah selesai ia bergegas mengenakan seragam
putih abunya walau itu hari rabu dan harusnya mengenakan batik.
Setelah selesai Riki pun langsung berlari menuju tempat
dimana ia biasa memberhentikan angkot. Nampak mobil berwarna putih merah, ia
pun memberhentikan mobil itu. Angkot itu sudah penuh memang, tapi berhubung
Riki berpikir kalau waktu itu sudah pukul 7, akhirnya Riki pun memasuki angkot
itu.
Riki duduk bersebelahan dengan perempuan cantik, namun
sayangnya dalam bentuk ayam. Riki bersebelahan dengan ayam betina. Sepanjang
jalan ia berusaha sekuat tenaga menahan bau ayam itu.
Sekolahan Riki sudah nampak. Riki langsung memberhentikan
angkot dan membayar ongkos walau sekolahnya masih berjarak beberapa meter lagi.
Menurutnya lebih baik berjalan kaki sejauh beberapa meter daripada berudaan
bersama ayam.
Untung saja, ketika ia sampai di kelas, guru masih belum
masuk. Riki melempar pandangan ke jam dinding di kelas. Jam itu menunjukkan
pukul tujuh lebih lima menit. Riki sedikit aneh memang, mana mungkin semua
kejadian itu hanya berlalu selama lima menit, tapi Riki tidak telalu ambil
pusing dengan hal itu.
Riki menaruh tasnya di kursi dan mengistirahatkan
kakinya.
“Kok, lo pake PSAS
sih,Ki? Seragam batik lo mana?” tanya Joni, teman sebangkunya
“Hadeuh! Gue lupa,”
“Hooh, BTW, PR Fisika
udah, Ki?”
“Yaudahlah,” balas Riki
santai
“Boleh liat nomor 7?
Gue tinggal satu nomor laginih,” pinta Joni
“Liat?!” Riki
memicingkan matanya
“Jangan liat! Nyontek
aja,” ucap Riki
“Hehehe, gue kira lo
gak bakal ngasih gue contekan,” ujar Joni
“Bentar,” Riki membuka
tasnya. Lalu mengobok-ngobok isinya, namun ia tak menemukan bukunya. Akhirnya
ia pun ingat kalau buku Fisikanya masih di atas meja belajar
“Astaga naga! Gue lupa
bawa buku Fisika,” wajah Riki mulai pucat
“Mampus lu, bisa-bisa
lu direbus dilarutan garam,” ucap Joni
“Cih, gue ngerjain lagi
di buku lain ajalah.” Riki mulai menyiapkan buku dan pensilnya. Kemudian
melakukan aksi tanya sana-sini, dan liat sana-sini. Ia memang harus bergegas,
karena Fisika adalah pelajaran pertama.
Dengan skill tangan kilatnya, Riki berhasil menyelesaikan
tugas Fisika. Sesaat kemudian datanglah seorang guru yang berkata kalau guru fisika
tidak bisa masuk karena ada panggilan dari dinas. Entah itu kabar baik atau
buruk untuk Riki, disatu sisi ia sudah cape-cape mengerjakan tugas Fisika,
disatu sisi ia tak perlu bertatapan dengan pak Doni Maung, guru Fisika.
Jam pelajara pertama dan kedua berlalu dengan sangat
membosankan. Suasana kelas pun tak berisik, semua siswa berada di bangkunya
masing-masing, tapi mereka tidak mengerjakan tugas, mereka hanya memainkan
ponselnya masing-masing. Keheningan itu akhirnya sirna ketika pak Asep Kobra
memasuki ruangan dan mengumumkan kalau sekarang ulangan dadakan.
Sontak pengumuman itu mengejutkan semua siswa, tapi sifat
pak Asep Kobra yang tegas tak menghiraukan hal itu. “Jika kalian memang tidak
ingin ulangan, silahkan untuk keluar kelas dan main diluar, tapi jangan harap
kalian tuntas pelajaran bapak.” Itulah pesan yang keluar dari mulutnya yang
tajam.
Riki yang sama sekali tidak belajar semalam dan kurang
tidur, hanya bisa bengong melihat soal ujian matematik di hadapannya. Perlahan
pandangannya bergeser ke arah pak Asep Kobra. Perhatian pak Asep tengah
teralihkan koran di hadapannya. Tangan Riki langsung mengeluarkan ponselnya dan
memasuki mesin pencari.
“Pelanggan yang terhormat, maaf, kuota internet Anda
sudah habis”. Sial!, gerutu Riki.
Akhirnya dia hanya bisa memanfaatkan kemampuan mata elangnya.
“Baiklah, waktunya sudah habis. Silahkan dikumpulkan.”
Ujar pak Asep. Para murid langsung mengumpulkan kertas ulangan mereka, tak
terkecuali Riki.
Pak Doni pamit, ia keluar dari kelas. Dan para muris pun
langsung membahas tentang ulangan tadi. “Gila, soal setiap murid beda!”
KREK
Suara hati Riki yang remuk ketika mendengar ucapan murid
di belakangnya. Murid lain pun mengiyakan ucapan murid itu.
Kejadian demi kejadian buruk menimpa Riki, namun untung
saja dia bisa melewati harinya di sekolah. Kini Riki berada dalam perjalanan
pulang menuju rumahnya. Dia berjalan di jalan kecil dengan petakan sawah di
pinggirnya.
“Haah~ kenapa hari
ini gue sial banget, ya,” pikirnya. Seketika itu juga ada serangga yang
menabrak jidatnya. “Tuh kan, gue sial.”
Pandangan Riki tanpa sengaja terpaku ke sapi besar yang
tengah memakan rumput di pinggir jalan. Ketika melihat sapi itu Riki langsung
bersykur. Mungkin kamu bingung, “Lho, kok
lihat sapi aja bersyukur?”
Ketika melihat sapi itu, Riki langsung berpikir “Untung saja yang tadi nubrug jidat gue
serangga, gimana kalo sapi itu yang nubrug jidat gue.”
“Untung tadi gue
masih bisa naik angkot, kalo enggak bisa kesiangan. Untung tadi pak Doni Maung
gak dateng, kalo ketahuan buku gue ketinggalan, gue bisa dibikin lalab. Dan
saat gue mentok ulangan MTK, itu adalah sebuah pelajaran berharga buat gue, gue
harus lebih rajin belajar.”
“Saat lo liat orang
pake mobil sementara lo pake motor, bersykurlah, orang lain ada yang pake
sepeda. Dan saat lo pake sepeda, bersyukurlah, orang lain ada yang jalan kaki.
Dan saat lo jalan kaki, bersyukurlah, orang lain ada yang lumpuh. Dan ‘kalau’
lo lumpuh, bersyukurlah, orang lain ada yang udah modar.”
- Tamat -
No comments:
Post a Comment