Jack
And Queen
Chapter
2 : Perubahan Sekecil Bukit
Yo, aku Jack Kasima. Orang-orang
sering memanggilku Jack’o Lantern, karena kecerdasan dan sifat pemalasku. Aku
bisa mengatasi berbagai masalah dengan menggunakan otakku, tapi sebuah tragedi
yang mengerikan tiba-tiba saja menghampiriku dan membuat sebuah badai besar di
otakku.
“Di
sekolah, kau tidak boleh merokok, mabuk, menghajar orang, merayu wanita secara
berlebihan, melawan guru, bertengkar, berpakaian tidak sopan, rambut panjang,
sepatu tidak berwarna hitam, kabur dari sekolah, dan berbagai hal lainnya,”
jelas Deno
“Peraturan
itu percis dengan peraturan di penjara, tidak, lebih baik aku masuk penjara
daripada masuk sekolah,” keluhku
“Jangan
berputus asa begitu. Kau ingat saat kau menipu geng Mono, bos langsung memberi
kita tempat ini. Yah, meskipun tempat ini tidak terlalu luas dan didominasi
dengan warna abu yang gelap, tapi tempat ini layak untuk menjadi tempat tinggal
kita. Bisa saja setelah kau selesai dengan misi ini, bos memberi kita bangunan
mewah,”
“Itu
sama sekali tidak membuatku tertarik,” timpalku
“Aku
mau pergi dulu ke alam lain,” ujarku sambil beranjak dari sofa
“Maksudmu
kau mau buruh diri?” tanya Deno
“Maksudku
alam mimpi. Besok adalah hari yang melelahkan. Akan tetapi, aku rasa itu bukan
ide yang buruk,”
“Kau
bercanda?”
“Ya.”
“Maaf
saja, tapi sekarang ini aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja,” ujar
Alpa. Cih, sifat anehnya mulai kambuh
“Aku
harap kau tidak lupa kalau peraturan sekolah mengatakan bahwa kau tidak boleh
memiliki rambut panjang, karena itulah,” ucapnya sambil menunjukkan gunting
taman
“W-woy,
setidaknya pakailah gunting normal,” timpalku
“Tidak
ada waktu. Mulai besok penampilanmu sudah harus mirip dengan murid sekolah,”
“Woy! Kau ingin memotong rambutku bersama
leherku?”
“Jika
itu terpaksa. Deno, pegangi dia,”
“Baik,”
“Kenapa
lu juga ikut-ikutan?” Cih, sial, kalau begini aku harus memberontak.
Akhirnya perkelahian yang
kekanak-kanakan tidak bisa terelakkan. Aku berakhir dengan tubuh di pegangi
Deno. Alpa perlahan berjalan menghampiriku.
Itu adalah kejadian yang
menjengkelkan, tapi sekarang ini ada situasi yang lebih merepotkan lagi,
sekarang aku bertemu dengan perempuan pendek yang waktu itu, sialnya lagi dia
masih mengingatku.
“Kau
yang kemarin malam?!” ucap kami bebarengan
“Apa
yang kau lakukan disini?” tanya perempuan itu
“Itu
bukan urusanmu,” jawabku. Setidaknya perempuan itu tidak tahu kalau aku adalah
anggota geng
“Aku
hanya tidak habis pikir, apa yang dilakukan anggota geng di sekolah,” ucapnya
“Cih, aku harus mencari solusi,” ucapku
dalam hati
“Dengar,
Ricka,”
“Darimana
kau tahu namaku?!”
“Kau
mengenakan name tag,” jawabku datar
“Aaa!”
teriaknya sambil menutupi dadanya
“Tenanglah,
kau bahkan tidak punya tonjolan untuk dilihat,” timpalku
“Diamlah!”
“Dengar,
aku rasa kita sama-sama tidak ingin terlibat dalam urusan apapun, baik itu urusanmu
atau pun urusanku. Jadi, lebih baik kita bertingkah seolah kita tidak pernah
bertemu. Lagipula tujuanku berada disini tidak ada urusannya denganmu,” jelasku
“Sekolah
adalah tempat untuk belajar, jadi aku harap kau tidak menyalah gunakannya.” Ujarnya
sambil melangkah pergi
Baiklah, sekarang bocah itu sudah
aku urus, sekarang tinggal menemukan kelas 11 IPS 2, dan membaur dengan
penghuni kelas.
***
Aku perlahan melangkah dan mencari
dimana letak kelas 11 IPS 2. Setelah 10 menit melangkah, akhirnya aku menemukan
11 IPS 1, itu artinya aku sebentar lagi sampai di tempat tujuanku. Setelah
berjalan 5 menit dari kelas itu, akhirnya aku kembali ke kelas 11 IPS 1.
“Aneh,
apa aku tersesat. Tidak, aku rasa ada 2 kelas 11 IPS 1. Aku tidak mungkin
tersesat.” Gumamku
Singkatnya, aku baru berhasil menemukan kelas
11 IPS 2 pada jam 7 tepat. Kebetulan gurunya juga baru mau memasuki kelas.
“Kamu
murid baru?”
“Iya,”
“Oh,”
ucapnya sambil memasuki kelas bersama aku dibelakangnya seperti ekor
“Baiklah,
perkenalkan diri kamu,”
“Namaku
Jack Kasima. Aku pindah kesini karena pekerjaan orang tuaku,”
“Silahkan duduk dimana pun kau suka,”
“Terimakasih.”
Balasku sambil melangkah menuju satu-satunya bangku yang kosong
Guru itu menyuruhku membuka buku
ekonomi. Aku pun menurutinya. Dia menjelaskan hal yang sama sekali tidak aku
mengerti, tapi sejujurnya aku sama sekali tidak memperdulikan pelajaran ini,
aku hanya perduli kepada misiku. Meskipun ini membosankan, tapi setidaknya
tidak ada masalah, tapi masalah menghampiriku saat istirahat. Aku melangkah
perlahan di sebuah lorong, menuju kantin, meskipun aku ragu arahnya benar.
Tiba-tiba saja 4 orang menghadangku, tidak, hanya 3 orang, sedangkan yang satu
lagi, entah apa yang dia lakukan. Dia terlihat ketakutan.
“Oy,
serahkan uangmu!” bentak salah seorang dari mereka. Melihat potongan rambutnya
dan gayanya yang mencolok, aku rasa mereka adalah gerombolan anak pembuat onar.
Cih, dasar bocah kurang perhatian. Mereka tidak mungkin anak dari polisi
Carter.
“Oy!
Kenapa kau diam saja? Kau tuli?” bentaknya lagi
“Berisik!”
bentakku sambil menghajarnya, tapi nyatanya aku tidak benar-benar melakukannya.
Aku ingat ucapan Deno tentang peraturan sekolah yang melarang perkelahian.
Akhirnya aku memberikan sebagian uangku kepada mereka
“Nah,
begitu,” ujarnya sambil melangkah menjauhiku
“Kau
tidak apa-apa?” tanya seorang murid, sepertinya dia korban dari berandalan itu.
Melihatnya yang sangat tidak berdaya, aku rasa dia juga bukan targetku
“Aku
tidak apa-apa, tapi aku rasa kau perlu bercermin. Wajahmu sedikit ungu,”
jawabku
“Aku
sudah terbiasa dengan hal ini. Aku tidak punya uang, jadi mereka memukuliku,”
“Sejujurnya aku tidak peduli dengan nasibmu,”
balasku dalam hati
“Oh
iya, kau tahu jalan menuju kantin?”
“Tentu.
Kau mau aku antar?”
“Apa
kau tidak keberatan?”
“Tentu
saja tidak. Mungkin ini terdengar aneh, tapi saat melihatmu mengalami hal yang
sama denganku. Aku yakin kita ini sama dan aku yakin kita bisa menjadi sahabat
yang akur,”
“Kau baru bertemu denganku kurang dari 5
menit dan kau sudah mempercayaiku seperti itu. Orang sepertimu pasti disenangi
penipu,” timpalku dalam hati
“Ya,
aku juga berpikir begitu,”
“Ayok.”
Ujarnya sambil melangkah bersamaku.
Sebenarnya, bersama dengan seorang
pecundang seperti dia bisa lebih merendahkan derajatku, tapi kali ini aku tidak
memiliki pilihan lain. Disini, aku juga merupakan seorang pecundang. Lagipula,
aku bisa mendapatkan berbagai informasi darinya.
“Kita
sudah sampai,” ujarnya
“Oh
iya, terimakasih,”
“Ngomong-ngomong,
siapa namamu?”
“Namaku
Jack,”
“Itu
nama yang unik,”
“Jangan komentar,” gerutuku dalam hati
“Jadi,
kau mau beli apa?”
“Aku
rasa roti cukup bagus untuk saat ini,”
“Kalau
begitu ayo aku antar,”
“Tidak
perlu,”
“Kau
terlalu berlebihan,” tambahku dalam hati
“Tidak
usah sungkan-sungkan. Aku juga akan mengantarmu ke tempat duduk,” balasnya.
Anak ini, apa otaknya baik-baik saja?
“Oh
iya, perkenalkan, aku Niki,”
“Iya,
senang bertemu denganmu,”
“Sedikit.”
Lanjutku dalam hati. Belakangan ini aku lebih sering berbicara dalam hati.
Akhirnya aku terjebak bersama orang
ini. Apa boleh buat, sekalian saja aku menggali informasi darinya.
“Ngomong-ngomong,
apa kau tahu siapa saja murid pintar di sekolah ini?”
“Ya
tentu saja, tapi kenapa kau tiba-tiba saja menanyakan hal itu?”
“Aku
hanya penasaran. Jadi, siapa saja?”
“Yang
pertama adalah Soffy. Dia adalah salah satu dari 10 perempuan paling cantik di
sekolah ini,”
“Benarkah?”
“Ya,
lihat saja sendiri,” jawabnya sambil menunjuk seorang gadis cantik dengan
rambut panjang yang sedikit bergelombang. Gadis itu sedang berbincang bersama
beberapa gadis lainnya, tapi hanya dia yang aku tatap. Bibir tipis yang indah.
Mata menawan yang dilengkapi bulu mata yang terbilang lentik
“Hey,
mulutmu terbuka,”
“Itu
wajar. Saat peria menatap sesuatu yang dia sukai, mulutnya memang berbuka
selama beberapa detik tanpa dia sadari,”
“Hm,
ternyata kau pintar juga,”
“Jadi
selama ini kau menganggapku orang bodoh?” tanyaku dalam hati
Aku rasa ada peluang kalau Soffy
adalah anak dari polisi Carter, tapi aku masih belum bisa memutuskan hal itu.
“Lalu
selain dia, siapa lagi?”
“Selain
dia, adalah Jeremy. Dia adalah salah satu bule, tapi aku lupa dia berasal
darimana. Dia pandai dalam bahasa. Dia juga pandai menjilat guru sehingga
mendapatkan nilai besar. Auranya yang positif juga sering kali membuat para
guru berpikir positif mengenainya,”
“Hm,
begitu, ya,” dia juga memiliki kemungkinan yang besar
“Apa
ada lagi?”
“Masih
ada 2 orang lagi,”
“Siapa?”
“Namanya
Ricka, dia adalah seorang siswi yang terbilang aktif dan pandai, juga cakap
dalam berbicara. Dia sangat tertarik kepada hal-hal yang berbau ilmiah.
Terlepas dari kemampuannya yang mengagumkan, dia memiliki sifat
kekanak-kanakan, ditambah lagi dengan tubuhnya yang agak kecil,”
“Si
pendek itu?” tanyaku bingung
“Ya,
kau mengenalnya?”
“Tidak
juga,”
“Lalu,
yang terakhir siapa?” aku meminum susu
“Kau
sedang berbicara dengan orang itu,” jawabnya dan untuk pertama kalinya aku
mengeluarkan susu dari hidungku
“Apa
kau bilang?” tanyaku memastikan
“Meskipun
penampilanku meragukan, tapi otakku ini sangat bisa diandalkan. Yah, meskipun
aku sangat kurang dalam hal olahraga,”
“Begitu
rupanya,” memperhitungka pengetahuannya yang lumayan banyak mengenai murid di
sekolah ini, aku rasa kepintarannya memang cukup meyakinkan. Jangan-jangan, dia
adalah targerku? Tidak, kalau dia targetku, setidaknya dia bisa mengatasi
berandalan itu. Lagipula meskipun memang benar dia anak dari Carter, dia tidak
akan menjadi lawan yang berbahaya
TRIIIIIINNNGGG
Bel masuk berbunyi. Akhirnya aku
bisa terlepas dari makhluk aneh ini.
“Aku
pergi dulu,”
“Iya,
hati-hati di jalan,”
“Tentu
saja,” balasku sambil beranjak dari kursi. Eh, tunggu dulu, kenapa tidak
sekalian saja aku tanya apakah dia tahu siapa anak dari seorang polisi.
Setidaknya aku bisa mengeleminasi 4, orang terpintar kecuali dia. Jika dalah
satu dari 3 orang terpintar itu anak dari polisi, berarti dialah targetku
“Ngomong-ngomong,
aku mau bertanya satu hal lagi,”
“Apa
itu?”
“Apa
kau tahu siapa murid yang memiliki ayah seorang polisi?”
“Ya,
tentu saja aku tahu. Kebetulan dia adalah salah satu dari murid terpintar yang
aku sebutkan,”
- Bersambung -
Jack & Queen Part 1
Jack & Queen Part 2
Jack & Queen Part 2
Jack & Queen Part 3
Jack & Queen Part 4
Jack & Queen Part 5
Jack & Queen Part 6
Jack & Queen Part 7
Jangan lupa tambahkan aku jadi list kamu di FB supaya kamu bisa tahu kapan update dan membaca cerita lainnya -> Click Here
Jangan lupa tambahkan aku jadi list kamu di FB supaya kamu bisa tahu kapan update dan membaca cerita lainnya -> Click Here
No comments:
Post a Comment