Jack
And Queen
Chapter
1 : Awal Dari Segalanya
“Misi
kali ini sangatlah sulit. Jadi, dengarkan baik-baik,”
“Memangnya
kapan aku mendapatkan misi yang mudah,”
“Dengar,
kau harus menyelinap ke markas geng Phantom dan mendapatkan informasi yang
sudah mereka kumpulkan,”
“Hm,”
“Kau
mengerti?”
“Hm,”
“Jangan
lupa ajak Alpa dan Deno,”
“Hm,”
“Itu
saja,”
“Hm,”
Aku menutup telephonenya
“Ada
apa?” tanya Deno yang sedang menyusun bungkus korek api menjadi rumah kecil
“Ada
permainan baru,”
“Sekarang?”
“Kau
pikir kapan lagi?”
“Kita
disuruh mendapatkan informasi yang sudah dikumpulkan geng Phantom?” tebak Alpa
sambil tetap bermain bliyar
“Ya,”
“Kalau
begitu ayo.” timpalnya sambil menaruh stick
“Alpa,
kau berjalan di depan, aku 3 meter di belakangmu. Deno, kau memperhatikan dari
jauh dan beritahu kami jika ada yang tidak beres,” jelasku
“Kenapa
selalu kau yang menyuruh?” keluh Deno
“Karena
aku adalah Jack. Jack yang bersenang-senang dengan terjun langsung ke dalam
permainan sementara King bermalas-malasan di kerajaan,”
“Itu
sudah ke 14 kalinya kau berkata seperti itu,” timpal Alpa
“Yah,
dan tadi itu sudah ke 14 kalinya Deno mengeluh seperti itu,” timpalku. Aku
beranjak dari sofa abu dan bersiap berangkat.
***
Baiklah, kita lewati bagian dimana kami mengikuti
seorang anggota geng Phantom dan langsung ke saat dimana kami menemukan
markasnya. 2 orang pria berbadan besar menghadang pintu masuk. Aku dan Alpa
berjalan menuju pintu belakang, tapi ternyata markas mereka tidak memiliki
pintu belakang.
Jika diperhatikan baik-baik, gudang ini sudah cukup
berumur. Mungkin jika kami menempelkan telinga di dinding ruangan tempat mereka
berdiskusi, mungkin kami masih bisa mendengar pembicaraan mereka. Aku perlahan
menempelkan telingaku ke dinding sambil terus berjalan, mencari letak dinding
yang benar. Akhirnya aku menemukannya.
Aku melambaikan tanganku, menyuruh Alpa mendekat. Lalu
aku menyuruhnya berjaga di dekatku selagi aku menutup mataku, karena saat salah
satu indra dimatikan, indra yang lain menjadi lebih tajam, termasuk
pendengaran, dengan begitu aku bisa medengar pembicaraan mereka dengan lebih
jelas.
“Kita
mendapatkan masalah baru. Carter, polisi yang telah lama memperhatikan kita,
bisa kita singkirkan, tapi hal itu akan percuma, karena anaknya akan menggantikannya
dan hampir semua hal, tidak akan ada yang berubah,”
“Memangnya,
berapa usia anak itu?”
“17
tahun,”
“Dia
masih sekolah?”
“Ya,
dia masih sekolah di SMA 3. Akan tetapi, kita masih punya banyak waktu, karena
mereka akan mengatasi geng Remis sebelum kita,”
“Begitu,
ya,”
“Hey!”
suara itu rasanya tidak terdengar asing lagi. Apakah dia berasal dari geng
kami? Jangan-jangan dia seorang penyusup. Aku harus mengingat suara siapa itu
“Jack!”
ternyata itu suara Alpa
“Apa?”
tanyaku sambil membuka mataku
“Dia,”
jawabnya sambil menoleh ke seorang pria berbadan besar
“Cih,”
aku menggaruk rambut belakangku
“Apa
yang kalian lakukan?” tanya pria itu.
Gawat, meskipun aku bekerja sama dengan Alpa, rasanya
kami tidak mungkin menang melawan banteng itu. Tanpa sengaja pandanganku
terpaku ke belakang pria itu. Disana ada Deno dengan balok kayu yang terbilang
besar. Bagus, aku harus bisa mengulur waktu.
“Kami
hanya sedang mencari barang,” ujarku mencari alasan
“Barang
apa?”
“Jam
tangan,”
“Apa
mereknya?” tanyanya mulai curiga. Cih, aku tidak tahu satu pun mereka jam
tangan
“Mereknya
you are ugly,”
“Setidaknya
meskipun kau tidak tahu merek jam tangan, aranglah nama merek yang masuk akal,”
bisik Alpa pelan
“Diamlah,”
balasku pelan. Pria itu membuat kerutan di dahinya. “Yuarugli, itu merek yang
bagus,”
“Buset!”
ucapku dalam hati
“Aku
rasa jam tangan kalian tidak ada di sekitar sini, sekarang cepatlah pergi,”
ujarnya. Syukurlah, aku selamat.
Tiba-tiba saja pandanganku terpaku ke Deno yang sudah
bersiap memukul menggunakan balok kayu itu. Aku memberi isarat untuk tidak
melakukannya, tapi aku terlambat. Deno memukul dengan sekuat tenaga sampai
balok kayu itu patah, tapi pria itu tidak bergeser sedikitpun.
“Apa
yang kau lakukan?” tanya pria itu kepada Deno
“Tadi
aku melihat nyamuk di punggungmu, lalu dia memukulnya,” ucapku mencari alasan
“Oh.
Sudahlah, cepat pergi dari sini,”
“Huh,
aku kira aku akan mati saat masih perjaka,” ucap Deno pelan
“Berterimakasihlah
kepadaku, berkat kemampuan mengelesku, malaikat pencabut nyawa tidak jadi mencabut
nyawamu,”
“Yah,
aku rasa itulah alasannya mereka sering menyebutmu Jack’o Lantern,” timpal Alpa
“Siapa
Jack’o Lantern?” tanya Deno
“Lupakan
saja, itu hanya kisah kuno mengenai pria yang membodohi malaikat pencabut
nyawa,”
“Sudahlah,
ayo kita pergi.” Ujarku
Aku baru mengambil beberapa langkah
dan sudah mendapati seseorang yang bersembunyi di belakang tong sampah.
“Siapa
dia?” tanya Alpa
“Orang
aneh,” balasku sambil menendang tong sampah di depannya
“Ternyata
hanya perempuan kecil,” ujar Deno
“Apa
kau pikir anak ini mengetahui apa yang kita lakukan?” tanya Alpa
“Kita
biarkan saja, hanya kemungkinan kecil dia mengatahui apa yang kita lakukan.
Lagipula tidak akan ada yang mempercayai anak-anak.” Jawabku
***
Kami menghadap atasan kami, tuang Iwa. Beliau sedang duduk santai di sofa merahnya, menghadap ke luar jendela besar yang memperlihatkan indahnya pemandangan kota malam. Lalu kami memberikan informasi yang kami dapatkan.
Kami menghadap atasan kami, tuang Iwa. Beliau sedang duduk santai di sofa merahnya, menghadap ke luar jendela besar yang memperlihatkan indahnya pemandangan kota malam. Lalu kami memberikan informasi yang kami dapatkan.
“Begitu,
ya. Setelah diselidiki, dalam kelompok polisi itu, tidak ada yang memiliki
potensi menjadi ketua, jadi sebelumnya aku pikir jika kita menyingkirkan
Carter, kita bisa tenang, tapi ternyata tidak. Akan tetapi, aku sudah menemukan
cara untuk mengatasi hal ini,” ucapnya sambil memutar kursinya menghadap kami
“Jack,
aku memiliki tugas yang sangat berat untukmu,”
“Aku
sudah bilang 17 kali, langsung saja ke intinya,” timpalku
“Aku
yakin, di balik sikapmu yang tidak menghargaiku, kau sangat mengagungkanku,
karena itulah aku memberimu tugas ini,” cih,
dia percaya diri sekali
“Selain
itu, kau juga cukup hebat mengatasi situasi yang sulit,”
“Lalu?”
“Dengan
ini aku memerintahkanmu untuk mengingkirkan anak Carter,”
“Itu pekerjaan mudah. Aku bisa melacak
keberadaanya dan mengingkirkannya tanpa jejak,” ucapku dalam hati
“Tapi
kau tidak usah khawatir, aku sudah memiliki cara supaya kau bisa mengetahui siapa
dia dengan cepat,” ujar tuang Iwa mendadak
“Kau
akan aku masukan ke SMA 3,”
“Apa?”
ucapku dengan nada tinggi
“Umurmu
masih muda dan kau juga paling pintar diantara teman-temanmu, jadi aku rasa
tidak ada salahnya jika memasukkanmu ke SMA 3,”
“Kau
gila? Disana gudang remaja yang sering membuatku kesal dengan gaya mereka,
bahasa mereka, keluhan mereka, dan hal-hal menggelikan lainnya. Ditambah lagi
aku dikeluarkan dari sekolah saat kelas 2 SMP, karena membuat 2 orang guru
masuk rumah sakit,”
“Itu
tidak masalah, aku bisa mengasi hal itu. Aku juga kenal dekat dengan kepala
sekolah disana. Kau persiapkan saja mentalmu,”
“Tapi,”
“Apa
kau meragukan perintahku?”
“Tidak,”
“Kalau
begitu sudah ditentukan, mulai besok lusa, kau menjadi murid sekolah,”
“Selamat.”
Ucap Alpa pelan sambil memasang senyum meledek.
Oke, kita lewati beberapa bagian
dimana aku menjalani beberapa persiapan untuk masuk SMA, dan langsung ke saat
dimana aku masuk ke SMA.
Aku melangkah pelan sambil sesekali
memutar pandanganku ke sekeliling sekolah, memperhatikan bangunan dengan cat
putih abu ini. Tanpa sengaja pandanganku terpaku ke seorang perempuan bertubuh
pendek yang rasanya tidak asing lagi. Kami saling menatap satu sama lain untuk
beberapa saat.
“Kau
anak yang kemarin malam!” ucap kami bebarengan
-
Bersambung -
Jack & Queen Part 3
Jack & Queen Part 4
Jack & Queen Part 5
Jack & Queen Part 6
Jack & Queen Part 7
Jangan lupa tambahkan aku jadi list kamu di FB supaya kamu bisa tahu kapan update dan membaca cerita lainnya -> Click Here
Jangan lupa tambahkan aku jadi list kamu di FB supaya kamu bisa tahu kapan update dan membaca cerita lainnya -> Click Here
No comments:
Post a Comment