Saturday, 7 May 2016

Cerpen Cerita Misteri Detektif Keren Abis

Cerpen Misteri Detektif Keren Abis


Cerpen Misteri Detektif Keren Abis - Yo, guys, selamat datang di blog absurd gue. Di artikel kali ini gue mau bagiin cerita, lebih tepatnya cerpen yang bergenre misteri. Misteri pastinya menjadi daya tarik tersendiri, ya guys. Kemisteriusan bisa bikin penasaran, gimana aja cowok misterius yang suka dikejar-kejar cewek kayak admin *jduak. Oke, sebelum ke ceritanya, admin mau bahas dikit mengenai cerpen.

Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah karya tulis yang cukup banyak penggemarnya, apalagi kalau di luar negeri, tapi kalau di Indonesia, buset, peminatnya dikit, maklum, orang yang suka baca di Indonrsia itu 1 berbanding 10.000. Mantap, 'kan?

Cerpen itu ada banyak jenisnya. Contohnya kayak Cerpen Komedi, Cerpen Horror, dan lain-lain. Nah, seperti judul dalam artikel ini, kali ini gue mau bagiin cerpen misteri.

Oke, guys, sekian basa-basinya, selamat menikmati cerpennya.

Liburan Pembawa Kesenangan Dan Kematian

            Kenapa ini terjadi?. Liburan ini berjalan dengan lancar sampai salah satu teman kami, Styve, tiduran di lantai dengan darah yang menghiasi sekujur tubuhnya, benar, dia dibunuh. Terus terang, ini pertama kalinya aku melihat kejadian seperti ini.

            Awalnya liburan kami di villa ini baik-baik saja, tapi tiba-tiba saja hal ini datang bersamaan dengan datangnya malam.
“Liburan ini semakin menarik,” gumam Alpa pelan
“Sebelumnya hal ini belum pernah terjadi di villaku. Ini malam pertama kita disini, dan hal ini sudah terjadi. Sebenarnya siapa yang melakukan hal ini?” tanya Garin cemas
“Mana aku tahu. Yang jelas pelakunya ingin memberikan kita sebuah rasa ketakutan,” jawab Griss dingin sambil memotret mayat Styve
“Hah?. Apa maksudmu?” tanya Garin lagi
“Lihatlah,” jawab Griss sambil menunjuk sebuah tulisan ancaman dari darah pada dinding di dekat mayat Styve. Tulisan itu berbunyi “Mati saja kalian”
“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanya Garin bingung
“Pelakunya pasti salah seorang dari kita, jadi kita bongkar kedoknya sebelum ada nyawa yang melayang lagi. Rika dan Silvi belum mengetahui hal inikan?” ucap Griss
“Ya, belum,” jawabku pelan
“Kalau begitu kita beritahu mereka,” ucap Griss datar
“Tunggu dulu, jika kita memberitahu mereka, akan terjadi kepanikan, ditambah lagi mereka akan sangat sedih,” sangga Garin
“Kita tidak boleh menutupi kebenaran, dan semakin lama mereka mengetahuinya, semakin besar kesedihan yang akan mereka alami,” balas Griss sambil melangkahkan kaki menuju ruang tengah dimana Silvi dan Rika berada, disusul oleh aku dan Garin
“Ayo cepat,” ucap Griss kepada Alpa
“Kalian duluan saja, aku mau mengumpulkan petunjuk.” Balas Alpa

            Setelah melangkahkan kaki selama beberapa saat, akhirnya kami sampai di ruang tengah. Dimana Silvi, dan Rika berada. Mereka sedang duduk di sofa sambil saling melempar canda.
“Ada apa?” tanya Rika yang mulai sadar kalau ada yang tidak beres
“Styve ..., dia,” ucap Garin pelan
 “Mati,” sambung Griss datar. Silvi dan Rika langsung memasang wajah bengong yang menunjukan bahwa mereka tidak percaya dengan hal ini. Kemudian Silvi perlahan meneteskan air mata kesedihan.
“Woy! Apa hatimu itu terbuat dari baja?” bentak Garin marah
“Sudah-sudah tenang,” ucap Rika kepada Silvi
“Yo, gue datang. Semua alat komunikasi sudah dihancurin dan semua jalan keluar termasuk jendela di tutup balok kayu yang udah dipaku,” ucap Alpa sambil duduk di sofa depan Silvi dan Rika
“Untuk melakukan semua hal itu pastinya memerlukan waktu yang tidak sedikit” jelas Griss
“So?” tanya Alpa singkat
“Dimana dan dengan siapa kalian selama 2 jam terakhir?” tanya Griss dingin
“Kalau akusih, sedang tidur di kasur,” jawab Alpa
“Ya, tadi aku sedang bermain tablet di dekat Alpa yang sedang tertidur,” balas Garin
“Ouh ya. Kalau kau, Carter?” tanya Griss kepadaku
“Bukankah tadi aku mengobrol denganmu di dapur,” jawabku bingung
“Aku hanya mengetesmu. Kalau kau, Silvi?” tanya Griss dingin
“Woy! Silvi tidak mungkin membunuh pacarnya sendiri,” bentak Garin marah
“Sebenarnya, orang yang membunuh orang yang dia sukai itu sangatlah sering terjadi. Pembunuhan karena rasa cemburu, bertepuk sebelah tangan, dan hal lainnya. Tidak ada yang bisa menjamin kalau Silvi tidak melakukan hal itu,” balas Griss datar
“Aku mengobrol dengan Silvi dari tadi!” balas Rika
“Ouh ya. Baiklah,” ucap Griss sambil duduk di samping Alpa
“Well, tadi aku menemukan hal yang menarik,” ucap Alpa sambil mengeluarkan 3 buah kartu dari saku jaket putihnya. Kemudian membariskan kartu itu di atas meja.

            Alpa membariskan kartu 5 hati, 5 wajik, dan 6 keriting. Lantas ada apa dengan kartu-kartu itu?. Jujur saja, meskipun aku sudah memperkerjakan otakku dengan sangat keras, tapi aku sama sekali tidak mengerti hal ini.
“Aku menemukan ini di saku Styve. Permainan ini menjadi semakin menarik,” ucap Alpa pelan
“Woy! Kau menganggap ini permainan? Kenapa kau bisa tenang begini?” tanya Garin marah
“Bukankah sudah jelas pembunuhnya ingin mengajak kita bermain. Lagipula kita disini untuk berlibur. Jadi kita nikmati saja liburan ini, karena ini bisa saja menjadi liburan terakhir kita,” balas Alpa
“Mungkin ini juga bisa menjadi petunjuk,” ucap Griss sambil menunjukan foto mayat Styve dari kameranya
“Well, Styve memang suka bermain kartu. Sepertinya dia sengaja menyimpan kartu ini sebagai petunjuk. Masalahnya, apa maksud dari kartu ini,” ucap Alpa
 “Ini sederhana saja,” balas Griss datar
 “Jadi, siapa pelakunya?” tanya Garin penasaran
“Kau,” jawab Griss datar
“Hah?. Apa maksudmu?” tanya Garin bingung
“Sederhana saja. Setiap kartu-kartu ini mewakili orang yang terlibat dalam hal ini,” jawab Griss
“Hoy. Jangan membuatku semakin bingung,” ucap Garin
“Kartu 5 hati, angka 5 merupakan inisial, dengan kata lain, angka 5 itu berarti S. Sedangkan hati bisa dibilang mewaliki perasaan Styve, dengan kata lain 5 hati itu mewakili Silvi. Lalu 5 wajik, angka 5 disini juga mewakili inisial. Persamaan warna wajik dan hati menunjukan kalau orang yang diwakili kartu ini memiliki hubungan dengan Silvi, dengan kata lain kartu 5 wajik mewakili Styve. Dan yang terakhir, kartu 6 keriting, ini mewakili pelaku. Angka pada 2 kartu sebelumnya merupakan inisial, begitu juga dengan kartu ini. Bisa dibilang angka 6 adalah huruf G, tapi disini ada 2 orang yang berawalan huruf G, yaitu aku dan kau. Styve menambahkan hubungan dirinya dengan Silvi, itu artinya pelakunya ada kaitannya dengan hubungan mereka. Dan disini yang berawalan huruf G dan memiliki kaitan dengan hubungan mereka adalah kau. Bukankah kau sudah lama menaruh perasaan kepada Silvi, tapi kau tidak pernah mengatakannya karena Silvi sudah memiliki pacar, yaitu Styve. Pada akhirnya kau menyingkirkan Styve” jelas Griss dingin, membuat kami terpaku mendengarnya
“Tadi kau bilang kalau kau bermain tablet di dekatku, tapi aku sedang tidur, jadi mana mungkin aku bisa tahu kalau kau benar-benar berada di dekatku. Villa ini juga milikmu, jadi besar kemungkinan kalau kau sengaja menjebak kami disini,” tambah Alpa
 “Aku tidak melakukannya!” sangga Garin sambil sedikit melangkah mundur
 “Jadi kalian tidak mempercayaiku, ya?”
“Atau jangan-jangan kalian sengaja menjebakku?” tanya Garin sambil meraih cutter yang sedang menganggur di atas meja di dekatnya
 “Yo, jadi pelakunya sudah ditetapkan,” ucap Alpa sambil beranjak dari sofa
Alpa memutar matanya, menatap kami satu persatu. Kemudian berkata “Jadi hanya aku saja yang akan mengurusnya. Baiklah,”. Alpa perlahan melangkahkan kakinya menuju Garin
“Apa yang mau kau lakukan?” tanya Garin gugup

            Garin mengayunkan cutternya, dan dengan santai Alpa menangkap pergelangan tangan Garin. Kemudian memutarkan tangan Garin. Lalu Alpa mematahkan tangan Garin di bagian siku menggunakan lututnya. Setelah itu Alpa memberikan tendangan keras yang membuat Garin membentur dinding. Alpa perlahan membungkuk dan meraih cutter Garin yang terjatuh ke lantai.
“Sialan!” teriak Garin sambil berlari mengahampiri Alpa

            Garin memberikan sebuah pukulan di wajah, tapi Alpa dapat menghindari pukulan itu dan membalasnya dengan sebuah tebasan di leher yang membuat darah mengalir dengan derasnya.
“Diamlah,” bisik Alpa kepada Garin
“Sayang sekali pilihan kalian salah,” ucap Alpa sambil menarik cutternya dan membiarkan Garin terjatuh begitu saja
“Liburan ini memang sangat menyenangkan, tapi bagian terserunya baru akan dimulai.” Ucap Alpa sambil memutar lehernya menghadap kami dan memamerkan seringainya yang mengerikan.

            Kali ini dia berhasil mempermainkan kami. Sepertinya Garin yang sibuk dengan tabletnya sama sekali tidak sadar kalau Alpa beranjak dari kasurnya, lagipula Alpa bisa saja mengganti dirinya menggunakan bantal atau guling.
“Hm?. Bukankah disaat seperti ini, kau harus lebih panik daripada itu?. Kenapa kau bisa setenang itu?” tanya Alpa sambil menatap Griss tajam
“Sederhana saja. Sebelum kita berkumpul disini aku sudah mencurigaimu,” jawab Griss datar
“Hm,” ucap Alpa tanpa membuka mulutnya sedikitpun
“Setelah kita menemukan mayat Styve, kau tidak langsung kemari bersama kami, tapi kau berkata kalau kau mau mengumpulkan petunjuk sendirian. Jika aku jadi kau, aku pastinya tidak akan melakukan hal itu, karena pembunuhnya bisa saja mengincar nyawaku saat aku sedang sendirian seperti itu, tapi kau tenang-tenang saja, karena kau tahu bahwa kaulah pembunuhnya,” balas Griss tenang
“Ditambah, kartu yang kau bawa tidak memiliki noda darah sedikitpun, sedangkan saku Styve bisa dibilang terlumuri darah. Tadi aku memperlihatkan foto mayat Styve untuk menunjukan bahwa di saku Styve terdapat banyak noda darah, tapi sepertinya kodeku itu terlalu sulit dipahami. Tadinya aku mau menipumu dengan berpura-pura tidak tahu kebenarannya dan terbawa permiananmu, tapi malah teman-temanku yang tertipu. Tadi aku juga sempat berpikir kalau Garin bisa mengalahkanmu, tapi ternyata aku salah besar,” lanjut Griss sambil beranjak dari sofanya
“Ternyata kau memang pintar,” puji Alpa
“Meskipun otakku ini memang hebat, tapi sayangnya tubuhku ini tidak terlalu hebat, jadi sebaiknya kalian pergi selagi aku mengulur waktu. Tadi saat aku berjalan kemari, aku melihat jendela dapur yang di tutup balok kayu yang ukurannya lumayan kecil, mungkin kalian bisa pergi lewat sana,” suruh Griss. Tidak pernah terlintas dipikiranku kalau Griss itu orangnya sangat peduli dengan orang lain. Padahal dia bisa saja melarikan diri sendirian, tapi dia malah menyuruh kami untuk pergi. Orang seperti dia pasti sangat jarang
“Aku akan memberikan kalian waktu 2 menit untuk pergi. Dimulai dari 2 menit yang lalu.” Ucap Alpa sambil memasang seringainya

            Alpa melontarkan cutternya. Cutter itu menancap tepat di perut Griss. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk Alpa berlari kehadapan Griss, lalu memegang cutter yang masih menancap di perut Griss sambil menggeser cutternya ke atas, mengoyak tubuh Griss. Pada akhirnya Griss terjatuh tak berdaya dalam hitungan detik.

            Alpa perlahan melangkahkan kaki menuju kami. Entah kenapa rasanya kakiku ini sangat sulit untuk digerakkan, sepertinya ketakutan telah membekukan kakiku ini. Tiba-tiba saja tangan Griss memegang kaki Alpa, memotong langkah kakinya. Alpa perlahan memutar lehernya ke arah Griss.
“Cih!. Lepaskan,” ucap Alpa sambil menendang Griss, tapi genggaman tangan Griss sama sekali tidak terlepas. Akhirnya Alpa mendaratkan tendangan kepada Griss sambil berteriak “Lepaskan! Lepaskan!” secara bertubi-tubi. Melihat kesempatan emas itu aku langsung menarik tangan Rika dan Silvi sambil berlari menjauhi Alpa.

            Kami berlari, berpacu dengan waktu dan didorong rasa ketakutan. Akhirnya kami sampai di hadapan jendela dapur yang terhalang balok kayu kecil yang menempel tepat di tengah-tengahnya. Aku berusaha mematahkan balok kayu itu dan memecahkan jendelanya dengan semua kekuatanku. Banyangkan saja, ada pembunuh gila yang sedang mengincar nyawaku saat ini.

            Aku memutar leherku ke belakang. Aku mendapati bayangan Alpa di luar pintu dapur. Jelas sekali waktunya tidak akan cukup. Akhirnya aku, Silvi, dan Rika bersembunyi di bawah meja. Alpa perlahan melangkahkan kakinya, memasuki ruangan ini. Tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti mendadak di tengah-tengah ruangan, hal itu membuat jantungku semakin berdebar kencang.
“Dimana kalian?. Cepat keluarlah. Carter, dimana kau?. Kau tidak usah takut kepadaku. Kita sudah berteman sejak lamakan.” Ucap Alpa sambil memainkan cutternya

            Aku memutar mataku ke Silvi yang memasang tatapan kosong. Kemudian aku melempar pandanganku ke jam yang menempel di tanganku, jam itu berkata bahwa sekarang sudah pukul 10 malam. Ayahku sepertinya sedang berada dalam perjalanan pulang. Dia pastinya melewati tempat ini menggunakan motornya, dan dia tahu kalau aku menginap disini. Itu artinya masih ada kesempatan. Saat aku melihat cahaya di jendela yang berasal dari motornya. Aku harus membuat sebuah suara yang bising. Kemudian ayahku langsung membantu kami, dan hidup kamipun terselamatkan, tapi bagaimana kalau ternyata cahaya yang aku lihat bukan berasal dari ayahku? Jika cahaya yang aku lihat berasal dari orang yang peduli, mungkin kami masih bisa selamat, tapi jika orang itu sama sekali tidak peduli, itu artinya pemainan berakhir.

            Aku melempar pandanganku ke jendela. Tidak lama kemudian aku mengoper pandanganku ke samping.
“Apa yang sedang kau lihat?” tanya Alpa yang sedang membungkuk di sampingku.

            Secara otomatis aku langsung keluar dari bawah meja bersama dengan Silvi. Aku mendapati Rika sudah diurus oleh Alpa. Alpa perlahan keluar dari bawah meja sambil menatap kami tajam. Tiba-tiba saja aku melihat cahaya dari jendela.

            Alpa mengayunkan cutternya kepadaku. Aku langsung menahannya menggunakan tanganku. Cutter itu merobek kulitku dalam dan membuatku langsung berteriak kesakitan sekeras mungkin. Jika cahaya itu memang berasal dari motor ayahku, teriakkanku ini akan langsung mengubah tujuannya kemari. Untung saja, itu memang ayahku. Aku melihat ayahku yang membelokan motornya dan dengan cepat menuju kemari.

            Ayahku langsung beranjak dari motornya, membiarkan motor itu tergeletak di tanah. Dia meraih sebuah batu besar yang menganggur di tanah. Kemudian melayangkan batu itu ke jendela. Setelah jendela itu berpencar, ayahku melemparkan stun-gun kepadaku. Aku menendang Alpa, menciptakan jarak antara kami. Lalu dengan sigap aku mengambil benda itu. Kemudian dengan cepat aku menempelkan benda itu ke Alpa dan “Drrt”. Alpa akhirnya pingsan tak berdaya.

            Setelah kejadian itu aku, dan Silvi berhasil keluar dari villa itu. Aku dan Silvi menunggu polisi datang di halaman villa. Liburan ini adalah liburan yang paling mengejutkan, tapi entah kenapa setelah melalui semua hal tadi rasanya menyenangkan.

            Tiba-tiba saja Silvi mengajakku untuk masuk kembali ke villa dengan alasan ingin melihat mayat Styve. Tanpa pikir pandang aku langsung menuruti kemauannya itu. Setibanya di hadapan mayat Styve, Silvi hanya diam mematung.
“Aku tahu ini bukan saat yang tepat, tapi setelah mengalami semua kejadian ini, aku sadar kalau aku bisa mati kapan saja. Silvi, aku sangat menyukaimu, apa kau mau menjadi pacarku?” tanyaku serius
“Apa kau serius?” tanya Silvi pelan
“Ya, tentu,”
“Kau pikir kenapa aku sampai mempengaruhi Alpa untuk melakukan semua hal ini. Aku bahkan membohongi diriku sendiri,” lanjutku dalam hati sambil memasang sedikit senyum. Untuk membohongi orang lain, kau harus membohongi dirimu sendiri. Cara itu sangat ampuh, buktinya aku berhasil membohongimu
“Maaf, aku tidak bisa menjadi pacarmu,” jawab Silvi, menghapus senyum di wajahku
“Aku sangat mencintai Styve, meskipun dia sudah mati. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri,” lanjut Silvi sambil membungkuk dan mengelus mayat Styve
“Begitu ya,” ucapku pelan sambil kembali memasang senyum dan bebalik
“Aku tidak tahu apa yang kau katakan itu benar atau salah, tapi aku yakin kalimat ‘aku tidak bisa membohongi diriku sendiri’ itu salah. Buktinya aku bisa membohongi diriku sendiri dengan berpikir dan bertingkah seolah aku sama sekali tidak ada hubunganya dengan pembunuhan ini. Untuk membohongi orang lain, kau harus membohongi dirimu sendiri,” ucapku sambil memutar leher ke arah Silvi
“Apa maksudmu?”
“Sederhana saja. Aku dan Alpa sudah berteman sejak lama. Seiring berjalannya waktu, aku menggeser kepribadiannya. Dan aku berhasil mempengaruhinya, membuatnya melakukan semua hal ini,”
“Kenapa kau sampai melakukan semua ini?”
“Tentu saja untuk mendapatkanmu. Aku pikir, hanya orang gila yang akan menolak penyelamatnya demi mayat, dan ternyata kau ini orang gila, jadi aku pikir meskipun aku memaparkan semuanya tidak akan ada masalah. Tidak ada yang akan percaya kepada orang gila. Lagipula meskipun polisi menaruh curiga terhadapku, mereka tidak akan bisa menangkapku karena tidak ada bukti sama sekali,”
“Kau sama sekali tidak mengerti. Kau mengorbankan teman-temanmu untuk hal yang sama sekali tidak membuatku senang!”
“Tidak ada orang yang mengerti orang lain melebihi orang itu sendiri. Jadi jangan salahkan aku jika aku tidak mengerti dirimu, karena kau juga tidak akan mengerti diriku. Dan untuk meraih sesuatu, kau harus mengorbankan sesuatu. Meskipun tidak ada jaminan kau bisa meraih sesuatu itu. Sejujurnya sekarang aku sudah tidak menaruh perasaan padamu, tidak semestinya aku menaruh rasa kepada orang gila,”
“Aku tidak gila, kaulah yang gila!. Bukankah tadi kau juga hampir mati!”
“Tidak ada orang gila yang sadar bahwa dirinya gila. Dan kau pikir orang yang dikendalikan nafsunya bisa membunuhku? Bisa dibilang dalam kejadian tadi Alpa adalah singanya, dan aku adalah hyena yang mengambil hasil buruan sang singa,” balasku sambil memalingkan wajah dan melangkahkan kaki

            Pada akhirnya polisi tidak mencebloskan Alpa kepenjara. Polisi hanya mengirimnya ke tempat dimana orang-orang seperti dia berkumpul, benar, rumah sakit jiwa. Pada awalnya kisah liburanku ini menjadi bahan pembicaraan di berbagai tempat, sampai akhirnya terhapuskan oleh waktu.

            Begitulah liburan menyenangkanku berakhir. Liburanmu akan sama menyenangkannya dengan liburanku, selama kau menganggapnya menyenangkan. Nikmatilah liburanmu, karena mungkin saja liburanmu itu akan menjadi liburan terakhirmu.


- Tamat -

Itu dia cerpen yang saya buat. Jika Kamu Mau Melihat Cerpen-Cerpen Yang Lain, Bisa Lihat Di ->  Kumpulan Cerpen


Dan Jika Kamu Tertarik Untuk Membuat Cerpen, Artikel ini akan sangat membantu -> Tips dan Cara Membuat Cerpen

Oke, sekian artikel kali ini ya guys. Jangan lupa buat add akun FB gue disini -> Salman Alparizzi  atau tambahin gue ke lingkaran google plus lo. Oke guys, thanks for your visit!

No comments:

Post a Comment

Viral Wisuda Madrasah

   Viral Joget Tiktok di Wisuda Madrasah