Cerpen Misteri Detektif Keren Abis - Yo, guys, selamat datang di blog absurd gue. Di artikel kali ini gue mau bagiin cerita, lebih tepatnya cerpen yang bergenre misteri. Misteri pastinya menjadi daya tarik tersendiri, ya guys. Kemisteriusan bisa bikin penasaran, gimana aja cowok misterius yang suka dikejar-kejar cewek kayak admin *jduak. Oke, sebelum ke ceritanya, admin mau bahas dikit mengenai cerpen.
Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah karya tulis yang cukup banyak penggemarnya, apalagi kalau di luar negeri, tapi kalau di Indonesia, buset, peminatnya dikit, maklum, orang yang suka baca di Indonrsia itu 1 berbanding 10.000. Mantap, 'kan?
Cerpen itu ada banyak jenisnya. Contohnya kayak Cerpen Komedi, Cerpen Horror, dan lain-lain. Nah, seperti judul dalam artikel ini, kali ini gue mau bagiin cerpen misteri.
Oke, guys, sekian basa-basinya, selamat menikmati cerpennya.
Liburan
Pembawa Kesenangan Dan Kematian
Kenapa ini terjadi?. Liburan ini berjalan
dengan lancar sampai salah satu teman kami, Styve, tiduran di lantai dengan
darah yang menghiasi sekujur tubuhnya, benar, dia dibunuh. Terus terang, ini
pertama kalinya aku melihat kejadian seperti ini.
Awalnya liburan kami di villa ini baik-baik
saja, tapi tiba-tiba saja hal ini datang bersamaan dengan datangnya malam.
“Liburan
ini semakin menarik,” gumam Alpa pelan
“Sebelumnya
hal ini belum pernah terjadi di villaku. Ini malam pertama kita disini, dan hal
ini sudah terjadi. Sebenarnya siapa yang melakukan hal ini?” tanya Garin cemas
“Mana
aku tahu. Yang jelas pelakunya ingin memberikan kita sebuah rasa ketakutan,”
jawab Griss dingin sambil memotret mayat Styve
“Hah?.
Apa maksudmu?” tanya Garin lagi
“Lihatlah,”
jawab Griss sambil menunjuk sebuah tulisan ancaman dari darah pada dinding di
dekat mayat Styve. Tulisan itu berbunyi “Mati saja kalian”
“Sekarang
apa yang harus kita lakukan?” tanya Garin bingung
“Pelakunya
pasti salah seorang dari kita, jadi kita bongkar kedoknya sebelum ada nyawa yang
melayang lagi. Rika dan Silvi belum mengetahui hal inikan?” ucap Griss
“Ya,
belum,” jawabku pelan
“Kalau
begitu kita beritahu mereka,” ucap Griss datar
“Tunggu
dulu, jika kita memberitahu mereka, akan terjadi kepanikan, ditambah lagi
mereka akan sangat sedih,” sangga Garin
“Kita
tidak boleh menutupi kebenaran, dan semakin lama mereka mengetahuinya, semakin
besar kesedihan yang akan mereka alami,” balas Griss sambil melangkahkan kaki
menuju ruang tengah dimana Silvi dan Rika berada, disusul oleh aku dan Garin
“Ayo
cepat,” ucap Griss kepada Alpa
“Kalian
duluan saja, aku mau mengumpulkan petunjuk.” Balas Alpa
Setelah melangkahkan kaki selama
beberapa saat, akhirnya kami sampai di ruang tengah. Dimana Silvi, dan Rika berada.
Mereka sedang duduk di sofa sambil saling melempar canda.
“Ada
apa?” tanya Rika yang mulai sadar kalau ada yang tidak beres
“Styve
..., dia,” ucap Garin pelan
“Mati,” sambung Griss datar. Silvi dan Rika
langsung memasang wajah bengong yang menunjukan bahwa mereka tidak percaya
dengan hal ini. Kemudian Silvi perlahan meneteskan air mata kesedihan.
“Woy!
Apa hatimu itu terbuat dari baja?” bentak Garin marah
“Sudah-sudah
tenang,” ucap Rika kepada Silvi
“Yo,
gue datang. Semua alat komunikasi sudah dihancurin dan semua jalan keluar
termasuk jendela di tutup balok kayu yang udah dipaku,” ucap Alpa sambil duduk
di sofa depan Silvi dan Rika
“Untuk
melakukan semua hal itu pastinya memerlukan waktu yang tidak sedikit” jelas
Griss
“So?”
tanya Alpa singkat
“Dimana
dan dengan siapa kalian selama 2 jam terakhir?” tanya Griss dingin
“Kalau
akusih, sedang tidur di kasur,” jawab Alpa
“Ya,
tadi aku sedang bermain tablet di dekat Alpa yang sedang tertidur,” balas Garin
“Ouh
ya. Kalau kau, Carter?” tanya Griss kepadaku
“Bukankah
tadi aku mengobrol denganmu di dapur,” jawabku bingung
“Aku
hanya mengetesmu. Kalau kau, Silvi?” tanya Griss dingin
“Woy!
Silvi tidak mungkin membunuh pacarnya sendiri,” bentak Garin marah
“Sebenarnya,
orang yang membunuh orang yang dia sukai itu sangatlah sering terjadi.
Pembunuhan karena rasa cemburu, bertepuk sebelah tangan, dan hal lainnya. Tidak
ada yang bisa menjamin kalau Silvi tidak melakukan hal itu,” balas Griss datar
“Aku
mengobrol dengan Silvi dari tadi!” balas Rika
“Ouh
ya. Baiklah,” ucap Griss sambil duduk di samping Alpa
“Well,
tadi aku menemukan hal yang menarik,” ucap Alpa sambil mengeluarkan 3 buah kartu
dari saku jaket putihnya. Kemudian membariskan kartu itu di atas meja.
Alpa membariskan kartu 5 hati, 5
wajik, dan 6 keriting. Lantas ada apa dengan kartu-kartu itu?. Jujur saja,
meskipun aku sudah memperkerjakan otakku dengan sangat keras, tapi aku sama
sekali tidak mengerti hal ini.
“Aku
menemukan ini di saku Styve. Permainan ini menjadi semakin menarik,” ucap Alpa
pelan
“Woy!
Kau menganggap ini permainan? Kenapa kau bisa tenang begini?” tanya Garin marah
“Bukankah
sudah jelas pembunuhnya ingin mengajak kita bermain. Lagipula kita disini untuk
berlibur. Jadi kita nikmati saja liburan ini, karena ini bisa saja menjadi
liburan terakhir kita,” balas Alpa
“Mungkin
ini juga bisa menjadi petunjuk,” ucap Griss sambil menunjukan foto mayat Styve
dari kameranya
“Well,
Styve memang suka bermain kartu. Sepertinya dia sengaja menyimpan kartu ini
sebagai petunjuk. Masalahnya, apa maksud dari kartu ini,” ucap Alpa
“Ini sederhana saja,” balas Griss datar
“Jadi, siapa pelakunya?” tanya Garin penasaran
“Kau,”
jawab Griss datar
“Hah?.
Apa maksudmu?” tanya Garin bingung
“Sederhana
saja. Setiap kartu-kartu ini mewakili orang yang terlibat dalam hal ini,” jawab
Griss
“Hoy.
Jangan membuatku semakin bingung,” ucap Garin
“Kartu
5 hati, angka 5 merupakan inisial, dengan kata lain, angka 5 itu berarti S. Sedangkan
hati bisa dibilang mewaliki perasaan Styve, dengan kata lain 5 hati itu
mewakili Silvi. Lalu 5 wajik, angka 5 disini juga mewakili inisial. Persamaan
warna wajik dan hati menunjukan kalau orang yang diwakili kartu ini memiliki
hubungan dengan Silvi, dengan kata lain kartu 5 wajik mewakili Styve. Dan yang
terakhir, kartu 6 keriting, ini mewakili pelaku. Angka pada 2 kartu sebelumnya
merupakan inisial, begitu juga dengan kartu ini. Bisa dibilang angka 6 adalah
huruf G, tapi disini ada 2 orang yang berawalan huruf G, yaitu aku dan kau. Styve
menambahkan hubungan dirinya dengan Silvi, itu artinya pelakunya ada kaitannya
dengan hubungan mereka. Dan disini yang berawalan huruf G dan memiliki kaitan
dengan hubungan mereka adalah kau. Bukankah kau sudah lama menaruh perasaan
kepada Silvi, tapi kau tidak pernah mengatakannya karena Silvi sudah memiliki
pacar, yaitu Styve. Pada akhirnya kau menyingkirkan Styve” jelas Griss dingin,
membuat kami terpaku mendengarnya
“Tadi
kau bilang kalau kau bermain tablet di dekatku, tapi aku sedang tidur, jadi
mana mungkin aku bisa tahu kalau kau benar-benar berada di dekatku. Villa ini
juga milikmu, jadi besar kemungkinan kalau kau sengaja menjebak kami disini,” tambah
Alpa
“Aku tidak melakukannya!” sangga Garin sambil
sedikit melangkah mundur
“Jadi kalian tidak mempercayaiku, ya?”
“Atau
jangan-jangan kalian sengaja menjebakku?” tanya Garin sambil meraih cutter yang
sedang menganggur di atas meja di dekatnya
“Yo, jadi pelakunya sudah ditetapkan,” ucap
Alpa sambil beranjak dari sofa
Alpa
memutar matanya, menatap kami satu persatu. Kemudian berkata “Jadi hanya aku
saja yang akan mengurusnya. Baiklah,”. Alpa perlahan melangkahkan kakinya menuju
Garin
“Apa
yang mau kau lakukan?” tanya Garin gugup
Garin mengayunkan cutternya, dan
dengan santai Alpa menangkap pergelangan tangan Garin. Kemudian memutarkan
tangan Garin. Lalu Alpa mematahkan tangan Garin di bagian siku menggunakan
lututnya. Setelah itu Alpa memberikan tendangan keras yang membuat Garin
membentur dinding. Alpa perlahan membungkuk dan meraih cutter Garin yang
terjatuh ke lantai.
“Sialan!”
teriak Garin sambil berlari mengahampiri Alpa
Garin memberikan sebuah pukulan di
wajah, tapi Alpa dapat menghindari pukulan itu dan membalasnya dengan sebuah
tebasan di leher yang membuat darah mengalir dengan derasnya.
“Diamlah,”
bisik Alpa kepada Garin
“Sayang
sekali pilihan kalian salah,” ucap Alpa sambil menarik cutternya dan membiarkan
Garin terjatuh begitu saja
“Liburan
ini memang sangat menyenangkan, tapi bagian terserunya baru akan dimulai.” Ucap
Alpa sambil memutar lehernya menghadap kami dan memamerkan seringainya yang
mengerikan.
Kali ini dia berhasil mempermainkan
kami. Sepertinya Garin yang sibuk dengan tabletnya sama sekali tidak sadar kalau
Alpa beranjak dari kasurnya, lagipula Alpa bisa saja mengganti dirinya
menggunakan bantal atau guling.
“Hm?.
Bukankah disaat seperti ini, kau harus lebih panik daripada itu?. Kenapa kau
bisa setenang itu?” tanya Alpa sambil menatap Griss tajam
“Sederhana
saja. Sebelum kita berkumpul disini aku sudah mencurigaimu,” jawab Griss datar
“Hm,”
ucap Alpa tanpa membuka mulutnya sedikitpun
“Setelah
kita menemukan mayat Styve, kau tidak langsung kemari bersama kami, tapi kau
berkata kalau kau mau mengumpulkan petunjuk sendirian. Jika aku jadi kau, aku
pastinya tidak akan melakukan hal itu, karena pembunuhnya bisa saja mengincar
nyawaku saat aku sedang sendirian seperti itu, tapi kau tenang-tenang saja,
karena kau tahu bahwa kaulah pembunuhnya,” balas Griss tenang
“Ditambah,
kartu yang kau bawa tidak memiliki noda darah sedikitpun, sedangkan saku Styve
bisa dibilang terlumuri darah. Tadi aku memperlihatkan foto mayat Styve untuk
menunjukan bahwa di saku Styve terdapat banyak noda darah, tapi sepertinya
kodeku itu terlalu sulit dipahami. Tadinya aku mau menipumu dengan berpura-pura
tidak tahu kebenarannya dan terbawa permiananmu, tapi malah teman-temanku yang
tertipu. Tadi aku juga sempat berpikir kalau Garin bisa mengalahkanmu, tapi
ternyata aku salah besar,” lanjut Griss sambil beranjak dari sofanya
“Ternyata
kau memang pintar,” puji Alpa
“Meskipun
otakku ini memang hebat, tapi sayangnya tubuhku ini tidak terlalu hebat, jadi
sebaiknya kalian pergi selagi aku mengulur waktu. Tadi saat aku berjalan
kemari, aku melihat jendela dapur yang di tutup balok kayu yang ukurannya
lumayan kecil, mungkin kalian bisa pergi lewat sana,” suruh Griss. Tidak pernah
terlintas dipikiranku kalau Griss itu orangnya sangat peduli dengan orang lain.
Padahal dia bisa saja melarikan diri sendirian, tapi dia malah menyuruh kami
untuk pergi. Orang seperti dia pasti sangat jarang
“Aku
akan memberikan kalian waktu 2 menit untuk pergi. Dimulai dari 2 menit yang
lalu.” Ucap Alpa sambil memasang seringainya
Alpa melontarkan cutternya. Cutter
itu menancap tepat di perut Griss. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk Alpa
berlari kehadapan Griss, lalu memegang cutter yang masih menancap di perut
Griss sambil menggeser cutternya ke atas, mengoyak tubuh Griss. Pada akhirnya
Griss terjatuh tak berdaya dalam hitungan detik.
Alpa perlahan melangkahkan kaki
menuju kami. Entah kenapa rasanya kakiku ini sangat sulit untuk digerakkan,
sepertinya ketakutan telah membekukan kakiku ini. Tiba-tiba saja tangan Griss
memegang kaki Alpa, memotong langkah kakinya. Alpa perlahan memutar lehernya ke
arah Griss.
“Cih!.
Lepaskan,” ucap Alpa sambil menendang Griss, tapi genggaman tangan Griss sama
sekali tidak terlepas. Akhirnya Alpa mendaratkan tendangan kepada Griss sambil
berteriak “Lepaskan! Lepaskan!” secara bertubi-tubi. Melihat kesempatan emas
itu aku langsung menarik tangan Rika dan Silvi sambil berlari menjauhi Alpa.
Kami berlari, berpacu dengan waktu
dan didorong rasa ketakutan. Akhirnya kami sampai di hadapan jendela dapur yang
terhalang balok kayu kecil yang menempel tepat di tengah-tengahnya. Aku berusaha
mematahkan balok kayu itu dan memecahkan jendelanya dengan semua kekuatanku.
Banyangkan saja, ada pembunuh gila yang sedang mengincar nyawaku saat ini.
Aku memutar leherku ke belakang. Aku
mendapati bayangan Alpa di luar pintu dapur. Jelas sekali waktunya tidak akan
cukup. Akhirnya aku, Silvi, dan Rika bersembunyi di bawah meja. Alpa perlahan
melangkahkan kakinya, memasuki ruangan ini. Tiba-tiba saja langkah kakinya
terhenti mendadak di tengah-tengah ruangan, hal itu membuat jantungku semakin
berdebar kencang.
“Dimana
kalian?. Cepat keluarlah. Carter, dimana kau?. Kau tidak usah takut kepadaku.
Kita sudah berteman sejak lamakan.” Ucap Alpa sambil memainkan cutternya
Aku memutar mataku ke Silvi yang
memasang tatapan kosong. Kemudian aku melempar pandanganku ke jam yang menempel
di tanganku, jam itu berkata bahwa sekarang sudah pukul 10 malam. Ayahku
sepertinya sedang berada dalam perjalanan pulang. Dia pastinya melewati tempat
ini menggunakan motornya, dan dia tahu kalau aku menginap disini. Itu artinya
masih ada kesempatan. Saat aku melihat cahaya di jendela yang berasal dari
motornya. Aku harus membuat sebuah suara yang bising. Kemudian ayahku langsung membantu
kami, dan hidup kamipun terselamatkan, tapi bagaimana kalau ternyata cahaya
yang aku lihat bukan berasal dari ayahku? Jika cahaya yang aku lihat berasal
dari orang yang peduli, mungkin kami masih bisa selamat, tapi jika orang itu
sama sekali tidak peduli, itu artinya pemainan berakhir.
Aku melempar pandanganku ke jendela.
Tidak lama kemudian aku mengoper pandanganku ke samping.
“Apa
yang sedang kau lihat?” tanya Alpa yang sedang membungkuk di sampingku.
Secara otomatis aku langsung keluar
dari bawah meja bersama dengan Silvi. Aku mendapati Rika sudah diurus oleh
Alpa. Alpa perlahan keluar dari bawah meja sambil menatap kami tajam. Tiba-tiba
saja aku melihat cahaya dari jendela.
Alpa mengayunkan cutternya kepadaku.
Aku langsung menahannya menggunakan tanganku. Cutter itu merobek kulitku dalam
dan membuatku langsung berteriak kesakitan sekeras mungkin. Jika cahaya itu
memang berasal dari motor ayahku, teriakkanku ini akan langsung mengubah
tujuannya kemari. Untung saja, itu memang ayahku. Aku melihat ayahku yang
membelokan motornya dan dengan cepat menuju kemari.
Ayahku langsung beranjak dari
motornya, membiarkan motor itu tergeletak di tanah. Dia meraih sebuah batu
besar yang menganggur di tanah. Kemudian melayangkan batu itu ke jendela.
Setelah jendela itu berpencar, ayahku melemparkan stun-gun kepadaku. Aku
menendang Alpa, menciptakan jarak antara kami. Lalu dengan sigap aku mengambil
benda itu. Kemudian dengan cepat aku menempelkan benda itu ke Alpa dan “Drrt”.
Alpa akhirnya pingsan tak berdaya.
Setelah kejadian itu aku, dan Silvi
berhasil keluar dari villa itu. Aku dan Silvi menunggu polisi datang di halaman
villa. Liburan ini adalah liburan yang paling mengejutkan, tapi entah kenapa
setelah melalui semua hal tadi rasanya menyenangkan.
Tiba-tiba saja Silvi mengajakku
untuk masuk kembali ke villa dengan alasan ingin melihat mayat Styve. Tanpa
pikir pandang aku langsung menuruti kemauannya itu. Setibanya di hadapan mayat
Styve, Silvi hanya diam mematung.
“Aku
tahu ini bukan saat yang tepat, tapi setelah mengalami semua kejadian ini, aku
sadar kalau aku bisa mati kapan saja. Silvi, aku sangat menyukaimu, apa kau mau
menjadi pacarku?” tanyaku serius
“Apa
kau serius?” tanya Silvi pelan
“Ya,
tentu,”
“Kau
pikir kenapa aku sampai mempengaruhi Alpa untuk melakukan semua hal ini. Aku
bahkan membohongi diriku sendiri,” lanjutku dalam hati sambil memasang sedikit senyum.
Untuk membohongi orang lain, kau harus membohongi dirimu sendiri. Cara itu
sangat ampuh, buktinya aku berhasil membohongimu
“Maaf,
aku tidak bisa menjadi pacarmu,” jawab Silvi, menghapus senyum di wajahku
“Aku
sangat mencintai Styve, meskipun dia sudah mati. Aku tidak bisa membohongi
diriku sendiri,” lanjut Silvi sambil membungkuk dan mengelus mayat Styve
“Begitu
ya,” ucapku pelan sambil kembali memasang senyum dan bebalik
“Aku
tidak tahu apa yang kau katakan itu benar atau salah, tapi aku yakin kalimat ‘aku
tidak bisa membohongi diriku sendiri’ itu salah. Buktinya aku bisa membohongi
diriku sendiri dengan berpikir dan bertingkah seolah aku sama sekali tidak ada
hubunganya dengan pembunuhan ini. Untuk membohongi orang lain, kau harus
membohongi dirimu sendiri,” ucapku sambil memutar leher ke arah Silvi
“Apa
maksudmu?”
“Sederhana
saja. Aku dan Alpa sudah berteman sejak lama. Seiring berjalannya waktu, aku menggeser
kepribadiannya. Dan aku berhasil mempengaruhinya, membuatnya melakukan semua
hal ini,”
“Kenapa
kau sampai melakukan semua ini?”
“Tentu
saja untuk mendapatkanmu. Aku pikir, hanya orang gila yang akan menolak
penyelamatnya demi mayat, dan ternyata kau ini orang gila, jadi aku pikir
meskipun aku memaparkan semuanya tidak akan ada masalah. Tidak ada yang akan
percaya kepada orang gila. Lagipula meskipun polisi menaruh curiga terhadapku,
mereka tidak akan bisa menangkapku karena tidak ada bukti sama sekali,”
“Kau
sama sekali tidak mengerti. Kau mengorbankan teman-temanmu untuk hal yang sama
sekali tidak membuatku senang!”
“Tidak
ada orang yang mengerti orang lain melebihi orang itu sendiri. Jadi jangan
salahkan aku jika aku tidak mengerti dirimu, karena kau juga tidak akan
mengerti diriku. Dan untuk meraih sesuatu, kau harus mengorbankan sesuatu.
Meskipun tidak ada jaminan kau bisa meraih sesuatu itu. Sejujurnya sekarang aku
sudah tidak menaruh perasaan padamu, tidak semestinya aku menaruh rasa kepada
orang gila,”
“Aku
tidak gila, kaulah yang gila!. Bukankah tadi kau juga hampir mati!”
“Tidak
ada orang gila yang sadar bahwa dirinya gila. Dan kau pikir orang yang
dikendalikan nafsunya bisa membunuhku? Bisa dibilang dalam kejadian tadi Alpa
adalah singanya, dan aku adalah hyena yang mengambil hasil buruan sang singa,”
balasku sambil memalingkan wajah dan melangkahkan kaki
Pada akhirnya polisi tidak
mencebloskan Alpa kepenjara. Polisi hanya mengirimnya ke tempat dimana orang-orang
seperti dia berkumpul, benar, rumah sakit jiwa. Pada awalnya kisah liburanku
ini menjadi bahan pembicaraan di berbagai tempat, sampai akhirnya terhapuskan
oleh waktu.
Begitulah liburan menyenangkanku
berakhir. Liburanmu akan sama menyenangkannya dengan liburanku, selama kau menganggapnya
menyenangkan. Nikmatilah liburanmu, karena mungkin saja liburanmu itu akan
menjadi liburan terakhirmu.
-
Tamat -
Itu dia cerpen yang saya buat. Jika Kamu Mau Melihat Cerpen-Cerpen Yang Lain, Bisa Lihat Di -> Kumpulan Cerpen
Dan Jika Kamu Tertarik Untuk Membuat Cerpen, Artikel ini akan sangat membantu -> Tips dan Cara Membuat Cerpen
Oke, sekian artikel kali ini ya guys. Jangan lupa buat add akun FB gue disini -> Salman Alparizzi atau tambahin gue ke lingkaran google plus lo. Oke guys, thanks for your visit!
No comments:
Post a Comment