Cerpen Mistery Komedi Teruji Lucu – Cerita pendek atau sering disingkat cerpen pastinya
sudah familiar dan tidak asing lagi, dari anak-anak sampai nenek-nenek baru
lahir juga pastinya kenal dengan jenis karya tulis ini. Dalam artikel kali ini,
saya akan meng-share sebuah cerita karya saya sendiri. Selamat menikmati
Wawancara
“Pikiranku kacau saat tidak bekerja.
Beri aku kerjaan. Beri aku masalah”
-Sherlock Holmes-
Alpa mondar
mandir seperti setrikaan di hadapan teman-temannya yang sedang duduk santai di
bangku taman. Alpa merasa gelisah karena
sudah beberapa minggu dia tidak mendapatkan masalah.
“Tenanglah. Jarang-jarang kita bisa tenang seperti ini,”
ucap Angga santai
“Kau tidak mengerti. Kau pikir apa yang membuat cerita
menarik?” tanya Alpa
“Ide yang bagus,” jawab Angga
“Benar juga, tapi kali ini yang aku maksud adalah masalah.
Hal yang membuat sebuah cerita seru adalah masalahnya. Saat dimana masalahnya
memuncak. Saat dimana masalahnya terselesaikan. Hidup tidak seru jika tidak ada
masalah. Jika cerita ini tidak ada masalah sama sekali, nanti pembacanya kabur
sebelum selesai membaca cerita ini,” balas Alpa
“Mungkin yang kau katakan ada benarnya juga,” ucap Angga
“Jadi apa yang akan kita lakukan?” tanya Rika
“Bagaimana kalau kita membuat masalah?” saran Alpa
“Aku rasa itu bukan ide yang bagus,” kritik Rika
“Kita tunggu saja. Kejahatan selalu mencari kebenaran, tapi
kebenaran tidak pernah mencari kejahatan,” ucap Angga
“Baiklah,” ucap Alpa pelan sambil kembali mondar mandir
“Hey!, Roby!. Kenapa daritadi kau tidak bicara?. Bisa-bisa
pembaca mengira kau tidak ada,” ucap Alpa
“Maaf,” ucap Roby pelan
Tiba-tiba
saja seorang pria bernama Zaki datang ke gerombolan itu sambil membawa sebuah
kabar buruk.
“Apa?!” ucap kelompok Alpa terkejut
“Aku bilang, Ijem mati di wcnya dengan luka lebam di
kepala,” jelas Zaki
“Ini masalah yang terlalu besar. Mungkin ini pembunuhan,”
ucap Alpa pelan
“Tidak, mungkin ini kecelakaan,” ucap Angga
“Kalau begitu kita cari tahu siapa yang benar,” balas Alpa
“Apa akan kita selidiki?” tanya Rika
“Kalau aku tergantung yang lain,” ucap Angga
“Kalau aku ayo saja, tapi bagaimana kita menyelidikinya?”
tanya Alpa
“Apa Ijem mati beberapa saat yang lalu dengan mata yang
menatap ke sisi kirinya dan tangan kirinya berada di atas badannya, sedangkan
tangan kanannya berada di bawah tubuhnya?” tanya Roby cepat
“Ya,” jawab Zaki singkat
“Aku tahu bagaimana kita mengurus hal ini,” ucap Roby sambil
membenarkan kacamatanya
“Bagaimana?” tanya Rika
“Kita lakukan ..., wawancara hantu,” jawab Roby dingin
“Bagaimana kita melakukannya?” tanya Rika
“Kita langsung melakukan prakteknya saja.” Ucap Roby datar
Alpa dan
rombongannya sudah melakukan berbagai macam persiapa untuk melakukan interview.
Sekarang mereka tinggal melakukan tahap terakhir, yaitu menemui arwah Ijem.
Semua lampu dimatikan. Satu-satunya
penerangan berasal dari senter yang mereka bawa masing-masing. Mereka mencari
Ijem dirumah Ijem, karena Ijem baru meninggal sepertinya arwahnya masih berada
di dekat rumahnya.
“Apa kalian sudah menemukannya?” tanya Rika
“Belum,” jawab Angga singkat
“Sekarang?” tanya Rika lagi
“Belum” Jawab Angga lagi
“Sekarang?”
“Belum”
“Sekarang?”
“Sudah,”
“Benarkah?”
“Tidak, aku hanya bercanda,” ucap Angga datar
“Aaaa!. Hantu!” teriak Rika sambil menyorot dua sosok pocong
di hadapannya
“Mana?” tanya pocong itu histeris
“Kita’kan hantu,” balas pocong yang satunya
“Maaf. Wahai arwah, tolong beritahu kami dimana Ijem,” ucap
Roby
“Hm!. Bisa diatur,” ucap salah satu pocong
“Dimana?” tanya Roby, tapi pocong itu tidak menjawab sama
sekali
“Masa kamu tidak mengerti?” tanya pocong itu
“Apa?” tanya Roby balik
“Duit. Ini saya sudah beri kode pake tangan,”
“Tanganmu’kan tidak kelihatan,” balas Alpa
“Kamu saja yang tidak teliti,” ucap sang pocong
“Berapa?” tanya Roby sambil mengeluarkan dompet
“100.000 juga cukup,” jawab si pocong
“90.000 bagaimana?” tawar Roby
“Tidak bisa, sudah harga mati,”
“Baiklah. Ini,” ucap Roby sambil memberi pocong itu 10
lembar daun
“Ini gimana ambilnya?” tanya sang pocong bingung
“Saya taruh di bawah sini saja,” ucap Roby sambil menaruh
daunnya di lantai
“Jadi dimana Ijem?” tanya Roby
“Di belakangmu,” jawab sang pocong
“Kami pamit dulu ya. Ayo!” ajak si pocong kepada teman
pocongnya
“Ini kenapa saya tidak bisa jalan ini?” tanya sang pocong
“Kita’kan lompat,”
“Oh iya,” balas si pocong sambil melompat menjauhi Alpa dan
rombongannya
“Jadi, Ijem, kenapa kamu mati?” tanya Roby
“Aku mati, karena aku tidak hidup,”
“Aku terkejut,” ucap Alpa datar
“Sebenarnya, aku tidak mati. Aku hanya terpeleset dan pingsan,
tapi Zaki terkejut dan langsung beranggapan kalau aku mati,” jelas Ijem
“Ternyata ini bukan pembunuhan,” ucap Alpa pelan
“Dan bukan kecelakaan yang fatal,” tambah Angga sambil
menyalakan lampu
Roby,
Angga, dan Rika sudah pulang ke rumah mereka masing-masing, tapi Alpa
memutuskan untuk mampir sejenak di rumah Ijem sambil berbincang-bincang
sejenak.
“Tadi aku khawatir sekali, tapi untung saja mereka tidak
menyadarinya.” Ucap Alpa kepada 2 mayat pria dengan mata yang menatap ke sisi
kiri dan tangan kiri berada di atas badan, sedangkan tangan kanan berada di
bawah badan.
- Tamat –
Nah,
itu dia cerpen yang lahirkan, jika kamu suka dengan cerpen di atas, jangan lupa
untuk membagikannya dengan mengklik tombol share di bawah, oke. Selain itu,
ditunggu juga komentarnya, ya …
BTW,
Kamu berniat membuat Cerpen juga? Ini Tips untuk kamu! -> Tips dan CaraMenulis Cerpen
No comments:
Post a Comment